Waktu ini dapat tugas Bahasa Indonesia. Tugasnya itu disuruh menceritakan kembali suatu cerita. Untung punya buku yang isi cerita-cerita, jadi ga perlu susah-susah nyari di internet ataupun perpustakaan. Tinggal comot satu cerita dari buku dan beres :D.
Berhubung kita baru aja ngerayain yg namanya 'Hari Ibu' jadi aku pilih aja cerita yang ada hubungannya sama ibu dan kasih sayangnya kepada anaknya. Cerita ini bener-bener memberi pelajaran yg berarti buatku (ga tau buat orang lain kayak gimana). Itulah salah satu alasan cerita ini yg aku ambil, selain biar ga repot-repot nyari cerita lagi. Kalau mau tau ceritanya kayak gimana, lets cekidot.
Alkisah, di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun, ia sering berdoa memohon kepada Tuhan.
“ Tuhan, tolong sadarkan anakku yang kusayangi supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertaubat sebelum aku mati.”
Namun, semakin lama, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Ia bahkan sudah sangat sering keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari, ia kembali mencuri di rumah penduduk desa. Namun malang, dia tertangkap. Kemudian, dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Keputusan itu diumumkan ke seluruh desa. Hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga sang ibu. Dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan, “Tuhan, ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya.”
Dengan tertatih-tatih, dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi, keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan, dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.
Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik. Akhirnya, petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar-debar, seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.
Tahukan anda apa yang terjadi?
Ternyata, di dalam lonceng ditemukan tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi. Sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng. Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara, si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.
Ternyata, malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Bener-bener ini cerita bikin aku sadar kalau kasih sayang seorang ibu itu besar banget. SELAMAT HARI IBU buat semua perempuan-perempuan di dunia (walaupun udah telat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar